Rabu, Mei 26, 2010
3:56 PM |
Edit Entri
Ada kalanya "panggilan alam" begitu sulit untuk ditahan. Itulah yang menimpa Jens Lehmann, sehingga dia pun harus buang air kecil saat pertandingan berjalan.
Di tengah-tengah pertandingan Stuttgart kontra Unirea Urziceni, Kamis (10/12/2009) dinihari WIB, Lehmann tiba-tiba raib dari bawah mistar gawang. Ke mana perginya kiper asal Jerman itu?
Kamera televisi lantas menangkap sosok pemain Stuttgart itu sedang berjongkok di balik papan iklan di belakang gawangnya. Meski Lehmann membelakangi kamera, gelagatnya memperlihatkan kalau dia sedang membuang air kecil.
Yang menggelitik, Lehmann tiba-tiba bergegas menyudahi aktivitasnya dan terburu-buru balik ke lapangan usai melompati papan iklan. Rupanya saat itu tim lawan sedang melakukan serangan balik dan mengincar gawangnya.
Lehmann, sebagaimana detiksport amati dari situs video Youtube, kembali tepat pada waktunya kendati masih sedikit membereskan celananya sembari bersiaga di depan gawang.
Peristiwa ini luput dari pengamatan wasit Viktor Kassai yang boleh jadi akan menghukumnya dengan kartu kuning jika ketahuan karena sudah meninggalkan lapangan tanpa izin.
Lantas, apakah ada ganjaran untuk Lehmann? Pihak manajemen Stuttgart disebut Guardian sudah memberitahu Lehmann bahwa dia sebenarnya pantas-pantas saja dikartu kuning atas tindakannya.
Meski begitu, kiper berusia 40 tahun tersebut juga mendapat pujian dari Direktur Olahraga Stuttgart Horst Heldt. "Aku pikir dia menanganinya dengan sangat piawai."
"Itu adalah situasi yang rumit. Dia kan tak bisa berlari ke ruang ganti saat permainan sedang berjalan dan ini mengingatkanku akan Tour de France. Terkadang memang tidak ada pilihan lain," tukas Heldt.
Apa mau dikata jika memang sudah sulit untuk ditahan, ya kan, Lehmann?
Di tengah-tengah pertandingan Stuttgart kontra Unirea Urziceni, Kamis (10/12/2009) dinihari WIB, Lehmann tiba-tiba raib dari bawah mistar gawang. Ke mana perginya kiper asal Jerman itu?
Kamera televisi lantas menangkap sosok pemain Stuttgart itu sedang berjongkok di balik papan iklan di belakang gawangnya. Meski Lehmann membelakangi kamera, gelagatnya memperlihatkan kalau dia sedang membuang air kecil.
Yang menggelitik, Lehmann tiba-tiba bergegas menyudahi aktivitasnya dan terburu-buru balik ke lapangan usai melompati papan iklan. Rupanya saat itu tim lawan sedang melakukan serangan balik dan mengincar gawangnya.
Lehmann, sebagaimana detiksport amati dari situs video Youtube, kembali tepat pada waktunya kendati masih sedikit membereskan celananya sembari bersiaga di depan gawang.
Peristiwa ini luput dari pengamatan wasit Viktor Kassai yang boleh jadi akan menghukumnya dengan kartu kuning jika ketahuan karena sudah meninggalkan lapangan tanpa izin.
Lantas, apakah ada ganjaran untuk Lehmann? Pihak manajemen Stuttgart disebut Guardian sudah memberitahu Lehmann bahwa dia sebenarnya pantas-pantas saja dikartu kuning atas tindakannya.
Meski begitu, kiper berusia 40 tahun tersebut juga mendapat pujian dari Direktur Olahraga Stuttgart Horst Heldt. "Aku pikir dia menanganinya dengan sangat piawai."
"Itu adalah situasi yang rumit. Dia kan tak bisa berlari ke ruang ganti saat permainan sedang berjalan dan ini mengingatkanku akan Tour de France. Terkadang memang tidak ada pilihan lain," tukas Heldt.
Apa mau dikata jika memang sudah sulit untuk ditahan, ya kan, Lehmann?
9:34 AM |
Edit Entri
Imunisasi biasanya identik dengan anak yang masih di bawah umur lima tahun (balita). Namun, bukan berarti imunisasi tidak berlaku bagi orang dewasa. Bahkan, imunisasi pada orang dewasa tidak kalah pentingnya dengan imunisasi pada anak.
Sepertinya halnya balita, orang dewasa juga perlu imunisasi. "Ini untuk merangsang ketahanan tubuh terhadap infeksi tertentu," kata Sukamto Koesnoe, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Alergi Imunologi dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Sukamto bilang, banyak orang dewasa kini rentan terpapar virus dan bakteri yang bisa menimbulkan penyakit. Pemicunya bisa karena kesibukan yang padat plus gaya hidup tak sehat.
Nah, untuk mencegah berbagai penyakit tersebut, orang dewasa pun perlu melakukan imunisasi. Makanya, banyak negara maju menjadikan imunisasi untuk orang dewasa sebagai program rutin di bidang kesehatan.
Amerika Serikat, misalnya, tahun ini mencanangkan 60 persen vaksinasi influenza pada orang dewasa. Sementara itu, Korea Selatan menyediakan 10 juta vaksin influenza setiap tahun. Bahkan, 90 persen petugas medis di sana telah disuntik vaksin. Di Australia, kegiatan ini juga telah menjadi program pemerintah. Begitu juga di beberapa negara lain, seperti Selandia Baru, Taiwan, Hongkong, dan Singapura.
Masih baru
Di Indonesia, pentingnya imunisasi bagi orang dewasa belum populer. "Karena memang masih baru," kata Sukamto. Maklum, di Indonesia, imunisasi bagi orang dewasa baru diperkenalkan tahun 2000-an. Karena masih baru, tenaga medis penyalur imunisasi bagi orang dewasa masih kurang.
Selain itu, belum semua rumah sakit bisa memberikan pelayanan ini. "Saat ini yang bisa memberikan pelayanan hanya rumah sakit tertentu di kota besar," ucap Sukamto.
Selain itu, biaya imunisasi dewasa juga tergolong mahal, bisa mencapai jutaan rupiah, tergantung jenis vaksinnya. Maklumlah, imunisasi dewasa tidak mendapat subsidi pemerintah seperti imunisasi pada anak-anak.
Wajar saja bila banyak orang dewasa malas melakukan imunisasi. Selain itu, sosialisasi juga masih minim. Banyak orang juga kurang menyadari bahwa pemberian imunisasi sewaktu kecil tidak memberikan jaminan kekebalan tubuh yang tetap hingga dewasa. "Padahal, kerja vaksin makin menurun seiring pertambahan usia," kata Sukamto. Makanya, imunisasi perlu diulang ketika dewasa.
Dalam dunia kedokteran, imunisasi ulang disebut dengan istilah booster. Lewat booster itu tubuh diingatkan kembali terhadap kuman tersebut. "Imunisasi adalah pencegahan primer yang efektif," kata Sukamto.
Meski efektif bukan berarti orang dewasa yang telah diimunisasi tidak akan sakit. Namun, daya tahan tubuhnya dijamin lebih kuat ketimbang yang tidak diimunisasi.
Patut diketahui, setiap orang memang memiliki sistem imun atau kekebalan tubuh bawaan. Namun, pola hidup kurang sehat bisa melemahkan sistem imun tersebut. Saat itulah tubuh gampang terserang penyakit.
Menurut Asrul Hasral, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Kanker Dharmais, imunisasi untuk orang dewasa sesungguhnya sangat penting. Pasalnya, jenis penyakit yang diderita berbeda dengan anak kecil.
Imunisasi dewasa dapat diberikan kepada mereka yang berusia di atas 12 tahun. Jenisnya meliputi imunisasi influenza, pneumokokus, measles, mumps, rubela atau (MMR), lifter, pertusis, tetanus (DPT), imunisasi DT difter, dan tetanus (DT).
Vaksin-vaksin itu bisa diberikan secara berulang, antara 3 dan 10 tahun. Namun, ada juga vaksin yang tidak harus diulang ketika dewasa. Contohnya, vaksin hepatitis A dan B cukup dilakukan sekali seumur hidup.
Sepertinya halnya balita, orang dewasa juga perlu imunisasi. "Ini untuk merangsang ketahanan tubuh terhadap infeksi tertentu," kata Sukamto Koesnoe, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Alergi Imunologi dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Sukamto bilang, banyak orang dewasa kini rentan terpapar virus dan bakteri yang bisa menimbulkan penyakit. Pemicunya bisa karena kesibukan yang padat plus gaya hidup tak sehat.
Nah, untuk mencegah berbagai penyakit tersebut, orang dewasa pun perlu melakukan imunisasi. Makanya, banyak negara maju menjadikan imunisasi untuk orang dewasa sebagai program rutin di bidang kesehatan.
Amerika Serikat, misalnya, tahun ini mencanangkan 60 persen vaksinasi influenza pada orang dewasa. Sementara itu, Korea Selatan menyediakan 10 juta vaksin influenza setiap tahun. Bahkan, 90 persen petugas medis di sana telah disuntik vaksin. Di Australia, kegiatan ini juga telah menjadi program pemerintah. Begitu juga di beberapa negara lain, seperti Selandia Baru, Taiwan, Hongkong, dan Singapura.
Masih baru
Di Indonesia, pentingnya imunisasi bagi orang dewasa belum populer. "Karena memang masih baru," kata Sukamto. Maklum, di Indonesia, imunisasi bagi orang dewasa baru diperkenalkan tahun 2000-an. Karena masih baru, tenaga medis penyalur imunisasi bagi orang dewasa masih kurang.
Selain itu, belum semua rumah sakit bisa memberikan pelayanan ini. "Saat ini yang bisa memberikan pelayanan hanya rumah sakit tertentu di kota besar," ucap Sukamto.
Selain itu, biaya imunisasi dewasa juga tergolong mahal, bisa mencapai jutaan rupiah, tergantung jenis vaksinnya. Maklumlah, imunisasi dewasa tidak mendapat subsidi pemerintah seperti imunisasi pada anak-anak.
Wajar saja bila banyak orang dewasa malas melakukan imunisasi. Selain itu, sosialisasi juga masih minim. Banyak orang juga kurang menyadari bahwa pemberian imunisasi sewaktu kecil tidak memberikan jaminan kekebalan tubuh yang tetap hingga dewasa. "Padahal, kerja vaksin makin menurun seiring pertambahan usia," kata Sukamto. Makanya, imunisasi perlu diulang ketika dewasa.
Dalam dunia kedokteran, imunisasi ulang disebut dengan istilah booster. Lewat booster itu tubuh diingatkan kembali terhadap kuman tersebut. "Imunisasi adalah pencegahan primer yang efektif," kata Sukamto.
Meski efektif bukan berarti orang dewasa yang telah diimunisasi tidak akan sakit. Namun, daya tahan tubuhnya dijamin lebih kuat ketimbang yang tidak diimunisasi.
Patut diketahui, setiap orang memang memiliki sistem imun atau kekebalan tubuh bawaan. Namun, pola hidup kurang sehat bisa melemahkan sistem imun tersebut. Saat itulah tubuh gampang terserang penyakit.
Menurut Asrul Hasral, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Kanker Dharmais, imunisasi untuk orang dewasa sesungguhnya sangat penting. Pasalnya, jenis penyakit yang diderita berbeda dengan anak kecil.
Imunisasi dewasa dapat diberikan kepada mereka yang berusia di atas 12 tahun. Jenisnya meliputi imunisasi influenza, pneumokokus, measles, mumps, rubela atau (MMR), lifter, pertusis, tetanus (DPT), imunisasi DT difter, dan tetanus (DT).
Vaksin-vaksin itu bisa diberikan secara berulang, antara 3 dan 10 tahun. Namun, ada juga vaksin yang tidak harus diulang ketika dewasa. Contohnya, vaksin hepatitis A dan B cukup dilakukan sekali seumur hidup.
Label:
info
|
0
komentar
Langganan:
Postingan (Atom)